
perjalanan selama 2 minggu di korea telah menorehkan sejuta kenangan indah tentang banyak hal. Proses pencarian jati diri, menghargai hidup dengan penuh semangat dan juga menjalin pertemanan yang bersahaja dengan rekan-rekan IofC korea. sepintas, sangat singkat memang, namun terlampau banyak hal yang saya gapai dari perjalanan saya ini.
Pertama menginjakkan kaki di korea,dinginnya udara seoul yang ditandai dengan jatuhan salju membuat saya berfikir bahwa saya merasa sangat asing dengan suasana kehidupan negeri ini. Ternyata, semua itu salah. Saya sangat menikmati setiap hembusan nafas dan setiap putaran detik di korea ini dengan penuh makna.
Minggu pertama saya habiskan waktu bersama sekitar 20 rekan IofC korea untuk mengikuti camp tahunan di chanbook province. Sungguh sebuah camp yang luar biasa dan membuat saya selalu merasa kangen setiap saya mengingat itu semua. Saya belajar
Banyak dari camp itu. selama camp, semua pekerjaan dikerjakan secara bergotong royong dengan penuh suasana kekeluargaan. Mulai dari mempersiapkan makanan, memasak dan mencuci semua alat dapur dilaksanakan secara bersama. Area camp seperti menjadi Zona aman untuk bercerita tentang manis-pahitnya kehidupan kita masing-masing. Melalui sharing dan quit time, saya belajar untuk memahami seseorang, berbagi pengalaman dan memberi ruang yang bebas bagi diri kita. Betapa begitu pentingnya untuk berbagi sehingga kita bisa saling belajar dari cerita masing-masing dan menjadi sebuah inspirasi untuk kehidupan kita ke ke depan. Acara yang dikemas secara menarik membuat saya merasa sangat betah dan nyaman kendati terpisah ribuan mil dengan tanah air saya di Indonesia. Kehangatan teman-teman bisa mengusir dinginnya udara korea di musim dingin
Saya pun melihat kembali kehidupan saya selama ini. Apakah saya mempunyai masalah tentang hubungan saya dengan orang lain. Saya pun terpikir tentang rasa benci saya terhadap ayah saya kendati dia sudah meninggal 2 tahun lalu. Kebencian selalu saja hadir di setiap kali saya mengigat apa yang telah ayah saya lakukan terhadap ibu saya. Butuh begitu banyak proses untuk bisa mencintai ayah saya sepenuhnya. Selama camp, saya selalu terpikir tentang itu. Saya sadar saya salah dan tak pantas bagi seorang anak untuk membenci orang tuanya. Ini adalah hikmah terbesar saya dari camp ini. Saya berkomitmen untuk mencintai ayah saya sepenuhnya dan saya bangga memiliki ayah seperti beliau
Minggu berilkutnya adalah waktunya untuk menikmati indahnya kota seoul. Bersama teman-teman IofC, saya mengunjungi beberapa tempat mulai dari world cup stadium, gedung-gedung tua hingga pusat-pusat perbelanjaan di seoul seperti nam dae mun, myong bong do dan insa-dong. bagi saya, seoul adalah kota yang ramah, nyaman dan bersih. saya sangat menghargai tinnginya kesadaran masyarakat terhadap kebesihan dan nasionalisme. Dynamic korea bukan hanya sekedar semboyan namun merupakan gambaran asli masyarakat korea. dinamis dan selalu kerja keras. "When old meet new" benar benar saya alami dengan banyaknya gedung-gedung zaman dinasti abad silam berdiri kokoh ditengah-tengah gedung-gedung mewah di kota seoul.
Sungguh sebuah perjalanan yang tak terlupakan dan I love Korea…….
No comments:
Post a Comment